Belajar dapat diartikan sebagai proses dari tidak bisa melakukan sesuatu kepada bisa melakukan sesuatu. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh semua kalangan, besar kecil, tua dan muda. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Namun belajar diartikan bagi kebanyakan orang tua adalah belajar yang dilakukan disekolah atau duduk mendengarkan guru menerangkan pelajaran. Dan kegiatan yang dilakukan diluar sekolah bukanlah dianggap sebagai belajar dan hanya bermain semata.
Kebanyakan anak-anak lebih suka bermain daripada belajar, karena menurut mereka belajar itu membosankan dan bermain itu menyenangkan karena dilakukan sambil bersuka ria bersama teman-teman tanpa adanya paksaan dan peraturan. Sayangnya keranjingan bermain lebih banyak dialami anak ketimbang keranjingan belajar.
Apakah salah anak-anak keranjingan bermain? Sama sekali tidak. Kodrat anak-anak itu sebenarnya adalah bermain, tinggal kita sebagai guru dan orang tua bagaimana bisa memasukkan unsur belajar dalam bermain.
Coba kita perhatikan ketika anak-anak bermain sebuah permainan dalam sebuah tablet atau handphone, bahkan tidak jarang saya lihat anak berusia dua tahun telah mahir mengambil menu permainan dalam sebuah handphone. Ajaib Bukan?
Sangat banyak juga orang tua yang mengeluh kalau anak disuruh belajar susahnya minta ampun. Bagaimana jika disuruh bermain. Apa susah juga ? Pastinya tidak.
Nah, itulah permasalahan yang dihadapi oleh hampir setiap orang tua di seluruh Indonesia. Padahal faktanya setiap anak memiliki insting belajar semenjak lahir. Coba kita perhatikan apakah kita pernah mengajarkan anak kita tengkurap, merangkak ataupun berlari ? Insting belajarlah yang membuat semua ini terjadi.
Jadi akan aneh jika seorang anak yang memiliki software belajar yang canggih justru tidak mau belajar. Apakah anak kita yang salah atau kitalah yang keliru mengajarkannya.
Disinilah tugas berat menanti orang tua dan guru bagaimana memasukkan unsur-unsur bermain dalam belajar. Namun hal ini sulit dilakukan jika sistem pendidikan kita masih tatap muka antara guru dan murid, duduk dibangku, mencatat pelajaran, dan ulangan sebagai uji kompetensi anak. Memang sangat membosankan.
Jika tidak bisa dilakukan disekolah mungkin orang tua bisa membuat anak keranjingan belajar dengan metode belajar sambil bermain di rumah. Berikut panduan yang bisa orang tua terapkan
1. Biarkan anak bereksplorasi
Setiap anak memiliki cara tersendiri untuk mereka nyaman belajar, ada yang suka belajar sambil tiduran, duduk-duduk, sambil bermain, sambil makan dan sebagainya. Biarkan mereka bereksplorasi sesukanya, supaya dapat tertanam dalam diri mereka bahwa belajar itu suatu proses yang menyenangkan.
2. Mulailah dari pertanyaan
Asahlah kemampuan berfikir anak saat memulai belajar dengan mengajukan pertanyaan yang membuat mereka penasaran. Contohnya “ tahu g adek kenapa terjadi hujan, tahu g adek bagaimana proses terjadinya kupu-kupu ?. Usahakan mencari pertanyaan yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari atau lingkungan sekitar.
3. Ajar anak untuk berfikir kreatif bukan menghafal
Para orang tua yang baik hati masih ingatkah kita dengan film dora and boots yang ditayangkan sebuah stasiun televisi ? Dora dan boots mengajari anak-anak kita untuk berpetualang, dari satu tempat ke tempat lainnya dengan berbagai masalah dan situasi yang dibangun, sangat menarik sekali bagi anak-anak. Dora dan boots mengajari anak untuk berfikir kreatif bukan menghafal. Anak-anak dilatih melihat persoalan, menyusun rencana, menetapkan sasaran dan memahami proses.
4. Tetapkan tujuan sebelum belajar
Jelaskan kepada anak apakah tujuan dari setiap materi yang diajarkan. Contoh ketika anak mau belajar berhitung jelaskan kepada mereka kenapa mereka harus belajar pelajaran ini. Apa gunanya dalam kehidupan sehari-hari. Jika bisa, selalu barengi pelajaran dengan praktek. Kalau kita orang tua berprofesi sebagai pedagang libatkan anak dalam proses berdagang yang ada kaitannya dengan pelajaran berhitung. Jika kita hanya pegawai atau karyawan libatkan anak-anak saat belanja ke pasar atau swalayan, seperti menghitung jumlah barang belanjaan, atau menghitung uang kembalian.
Sebenarnya masih banyak cara lain untuk dapat membuat anak keranjingan belajar, kreativitas orang tua lah yang dituntut untuk membuat anak selalu nyaman belajar.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan komentar anda! Terima kasih :)